Sabtu, 05 Januari 2013

Utsmaniyah: Benteng yang telah hilang


Utsmaniyah: Benteng yang telah hilang

Pembelaan Syaikh Mahmud Syakir Asy Syamiy Terhadap 'Utsmaniyah
Kita tahu bahwa tidak ada masa pemerinahan yang lebih sempurna dari pada masa pemerintahan Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam dan al Khulafa' ar Rasydin. PAsca itu, tak dapat dipungkiri bahwa di sana terjadi sekian banyak penyimpangan dalam penerapan Islam. Namun, jika kita adil dalam menilai, separah apapun penyimpangan yang terjadi pada masa khilafah maka tidak ada kejadian yang lebih parah dari pembubaran khilafah itu sendiri -yang menurut sejarawan Mahmud Syakir- menandai berakhirnya masa sejarah peradaban Islam dan awal masuknya sejarah modern yang jauh dari metode kehidupan Islam. Berikut ini adalah resume singkat tentang sejarah Islam pada masa Utsmaniyah yang terdapat dalam kitab at Tarikh Al Islamiy jilid 9 oleh Syaikh Mahmud Syakir Asy-Syamiy. Berikut uraian beliau: ****

Masa Utsmaniy (923 - 1342 H)

Kemudian 'Utsmaniyah mengemban amanah, mereka menjumpai kelemahan umat telah sampai pada puncaknya. Mereka tidak mengenal khilafah sebelumnya kecuali menjalankan tradisi pewarisan, sehingga mereka pun melakukan hal yang serupa. kemudian mereka menghimpun negeri-negeri Islam di bawah panji yang mereka kibarkan, melindungi mereka dari tangan-tangan kaum salib yang telah mulai menguasai daerah-daerah yang luas di benua Afrika dan Asia.
Inilah perkara yang menambah kedengkian kaum salib di seluruh dunia kepada mereka, terutama Rusia, karena kedekatan nasab mereka dengan Mongol -yang juga muslim- yang dulu pernah memerintah wilayah Rusia, kerena 'Utsmaniyah pernah menaklukkan Konstantinopel -ibu kota negara Bizantium- pelindung aliran kristen ortodok yang dipeluk oleh Rusia, kerena mereka (Utsmaniyah) pernah berhasil merebut selat yang mereka gunakan untuk melintasi wilayah Rusia menuju Perairan Daifah, dan karena Asia Tengah -yang merupakan daerah perluasan wilayah Rusia- dihuni oleh suku-suku bangsa Turki. Negara-negara kristen Eropa Barat pun lebih hebat kemarahannya kepada 'Utsmaniyah kerena Utsmaniyah menghalangi upaya penguasaan mereka terhadap negeri-negeri Islam. Inilah yang semakin mempertegas kedengkian kaum salib terhadap umat islam pada umumnya, termasuk 'Utsmaniyah.
Kebencian kaum salib yang teramat dalam terhadap 'Utsmaniyah inilah yang memunculkan perang dahsyat yang tak berkesudahan melawan negara 'Utsmaniyah disamping adanya perang dingin yang sejak lama dilancarkan oleh kaum salib terhadap 'Utsmaniyah dan pemerintahannya, berupa ejekkan dan olok-olok. Mereka telah diuntungkan dengan kelemahan internal pada diri 'Utsmaniyah, keterbelakangan ilmu pengetahuan di wilayah Utsmaniyah dan meningkatnya kekuatan Eropa berikut kebangkitan ilmu pengetahunnya. Eropa juga memberi sokongan kepada kelompok-kelompok kristen dan kaum minoritas lain yang tinggal di wilayah 'Utsmaniyah. Mereka juga bekerja sama dengan orang-orang yang fikirannya telah terbaratkan, yang bertaqlid kepada kaum nashrani dan bersemangat untuk mengikuti metode kehidupan mereka. Semua itu memberi pengaruh pada mental penduduk (Utsmaniyah). Keterjajahan mental ini semakin tampak seiring berjalannya waktu, sementara negara terus bertambah lemah dan keterbelakangan ilmu pun makin parah. Di pihak lain, kekuatan Eropa  terus bertambah dan ilmu pengetahuan terus maju. Sampai saat terjadinya Perang Dunia Pertama, Eropa pun berhasil mengalahkan negara Utsmaniyah. Setelah itu kaum salib berhasil memasuki wilayah-wilayahnya setelah mereka memecahnya menjadi banyak bagian sehingga kondisi negara sampai pada titik nadir. Inilah yang memuluskan jalan menuju pembubaran khilafah.
Pada fase Utsmaniyah ini, metode kehidupan Islam tetap teraplikasikan meski penerapannya dibarengi dengan kebodohan. Sementara penyimpangan-penyimpangan bertambah seiring dengan berjalannya waktu meski bersifat laten. Hanya saja, masyarakat masih merasakan kehadiran metode kehidupan Islam. Dan pemerintahan 'Utsmaniyah tidaklah berakhir sampai saat tiba waktunya nanti. Bersamaan dengan berakhirnya fase ini (pemerintahan Utsmani -pent) tersebarlah pemahaman-pemahaman yang tidak islami, dan mulai terjadi pertarungan antara keduanya. Orang-orang non-islam mulai bertindak sewenang-wenang terhadap umat islam, bahkan kesewenangan orang-orang yang terpengaruh oleh barat lebih parah lagi. Mereka menjalin hubungan erat dengan musuh-musuh Islam, kebengisan mereka yang teramat keras menunjukkan jauhnya mereka dari Islam, tidak punya belaskasih terhadap penduduknya, dan bermanis muka terhadap musuh-musuh islam.
Di lihat dari aspek lain, kaum salib memberi amanat kepada orang lain untuk menjalankan kepentingan mereka dan memuaskan kehausan mereka. Mereka duduk dan melihat sambil memainkan wayang di balik layar, memberikannya kepada siapa saja yang mereka kehendaki, mendorong siapa saja yang bersedia, dan mendudukkan orang-orang yang melihat di tempat penantian menunggu datangnya giliran untuk memainkan peran. Setelah itu mereka mengklaim bahwa masalah yang timbul di negeri-negeri Islam merupakan problem internal yang terjadi di antara kaum muslimin sendiri. Pada titik inilah kita mengakhiri sejarah Islam yang di dalamnya diterapkan metode kehidupan Islam dan dipimpin oleh pemahaman-pemahaman islam, setelah itu kita memasuki sejarah modern yang jauh dari metode kehidupan Islam dan didominasi oleh pemahaman-pemahaman selain Islam.
Pada titik inilah kita mengakhiri sejarah Islam yang di dalamnya diterapkan metode kehidupan Islam dan dipimpin oleh pemahaman-pemahaman islam, setelah itu kita memasuki sejarah modern yang jauh dari metode kehidupan Islam dan didominasi oleh pemahaman-pemahaman selain Islam.
Dari uraian yang singkat ini kita dapat melihat bahwa metode kehidupan islam benar-benar dijalankan secara sempurna pada masa Rasulullah saw dan masa rasyidiy (empat kholifah -pent). kemudian muncullah garis tegas yang menandakan adanya penurunan secara bertahap, dimulai dari masa 'Umawy sampai akhir masa 'Abasiy. Penurunan tersebut bertambah parah pada masa Mamalik dan 'Utsmaniy, meski pada masa-masa itu penerapan islam tetap berlangsung, sementara pelanggaran-pelangaran terhadap Islam hanya terjadi secara sembunyi-sembunyi dalam sekelompok kecil masyarakat, itu pun dilakukan dengan ketakutan yang sangat dan tidak lepas dari hukuman jika kasusnya sampai ke tangan para hakim. Inilah yang menguatkan argumen adanya penerapan dan pelaksanaan syari'ah.
Sementara itu, musuh-musuh Islam memandang bahwa islam tidak pernah diterapkan kecuali salama 23 tahun saja, pada masa Rasulullah saw dan dua shohabat beliau, Abu Bakr dan umar ra. Setelah itu, hukum-hukum Islam tidak diterapkan. Tujuan mereka mengatakan hal tersebut tidak lain adalah untuk menyatakan bahwa hukum-hukum islam tidaklah cocok. Orang-orang islam yang terbaratkan pun menyepakati pendapat mereka karena terpengaruh oleh opini yang ditulis oleh kaum orientalis dan oleh propaganda buruk yang disebarkan mengenai para kholifah sepanjang sejarah Islam. Mungkin saya bisa mengatakan: Sesungguhnya kitab Majallatul ahkam asy Syar'iyyah yang dikeluarkan pada masa 'Utsmaniyah sampai akhir pemerintahannya, yang di dalamnya dikodifikasikan hukum-hukum syara' yang digali dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah islam yang mendasar dengan mengacu kepada kitab Hasyiyah Ibn 'Abidin yang merupakan kitab fiqh induk menurut madzhab Abu Hanafah -rah- sungguh merupakan bukti adanya penerapan sistem islam, dan adanya semangat untuk itu, meski dalam kadar tertentu... (ttk)
Diambil dan diterjemahkan dari: Mahmud Syakir, at Tarikh al Islamiy, juz 9/Mafahim haulal Hukmil Islamiy (Beirut: al Maktab al Islamiy, 2000) hal. 7-8

0 komentar:

Posting Komentar